Carl Rogers ( 1902 - 1987 )
Kali ini kita akan membahas teori kepribadian sehat
menurut rogers yang meliputi :
1. Perkembangan kepribadian “self”
2. Peranan positive regard dalam pembentukan
kepribadian individu
3. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya
(FULLY HUMAN BEING)
1. PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN “SELF”
Roger
bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk
mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini, Rogers
mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama
terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi.
Menurut Rogers, manusia yang sadar dan rasional,
tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Hal ini tidak
menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak
dapat kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi
kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada masa lampau.
Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi pokok didalam
teorinya, yaitu:
· Organism, yaitu keseluruhan individu
· Medan phenomenal, yaitu keseluruhan
pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan phenomenal yang
terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar
daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
a. Self berkembang
dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin
menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak
wajar.
c. Self mengejar
keutuhan/kesatuan.
d. Organisme
bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e.
Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai
ancaman.
f. Self mungkin
berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Saat kecil, anak-anak mulai
membedakan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya.
Anak-anak mulai menambahkan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu
mengembangkan kemampuannya untuk membedakan antara apa yang menjadi milik dan
benda yang dilihat, diraba, didengar dan dicium ketika dia mulai membentuk suatu
gambaran tentang siapa dirinya. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu
“pengertian-diri’ (self concept).
Sebagian dari self concept, anak
juga mengambarkan dia akan menjadi apa dan siapa. Gambaran itu terbentuk
sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan
orang lain. Dengan mengamati orang lainterhadap tingkah lakunya sendiri, anak
itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran diri yang konsisten.
2. PERANAN POSITIF REGARD DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN INDIVIDU
Positive regard, suatu kebutuhan
yang memaksa, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari
positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang
cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau menerima kasih sayang dan cinta dari
orang lain (ibunya), tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang
mendapat cinta dan kasih sayang. Anak itu akan tumbuh menjadi suatu kepribadian
yang sehat, tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini
dipuaskan dengan baik.
Dalam hal ini, anak menjadi peka
terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya
menurut reaksi yang diharapkan. Anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya
dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena ia telah merasa
kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin
lama makin mengerahkan energi dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk
positive regard dengan mengorbankan aktualisasi-diri.
Anak dalam situasi ini
mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan diri positif bersyarat”
(conditional positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah
syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan
conditional positive regard maka ia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika
itu terjadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada
dirinya.
3. CIRI-CIRI ORANG YANG
BERFUNGSI SEPENUHNYA (FULLY HUMAN BEING)
Hal yang pertama dikemukakan
tentang versi Rogers mengenai kepribadian yang sehat, yakni keribadian yang
sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses,
“suatu arahan bukan suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus; tidak
pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Hal kedua dari
aktualisasi diri adalah aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar
dan kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rentangan dan
pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang. Hal ketiga tentang
orang-orang yang mengaktualissikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri
mereka sendiri. Mereka tida bersembunyi dibelakang topeng yang berpura-pura
menjadi sesuatu yang bukan mereka atau menyembunikan sebagian diri mereka.
Rogers tidak percaya bahwa
orang-orang yang mengaktualisasikan diri hidup dibawah hukum-hukum yang
diletakkan orang-orang lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang
diperlihatkan, semata-mata ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri.
Rogers juga memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
a) Keterbukaan Pada Pengalaman
Seseorang yang terhambat oleh
syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak
satu pun yang harus dilawan karena tidak satu pun yang mengancam. Jadi, keterbukaan
pada pengalaman adalah lawan dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem
syaraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang berfungsi sepenuhnya
dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak
emosi yang bersifat positif dan negatif (kebahagiaan maupun kesusahan) dan
mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
b) Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya,
hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar
dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka
dari itu ada kegembiraan karena setiap saat pengalaman tersingkap. Orang yang
berfungsi sepenuhnya jelas dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri
terus-menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribadian yang
demikian itu tidak kaku dan dapat diramalkan.
c) Kepercayaan Terhadap Organisme
Orang Sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang
dirasa benar merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan
suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls
yang timbul seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku yang demikian itu
terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak
terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan konsekuensi-konsekuensinya.
d) Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia
mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih
dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan antara alternatif
pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan
berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan
tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa
masa lampau.
e) Kreatifitas
Orang-orang yang kreatif dan
spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif
terhadap tekanan-tekanan sosial dan kultural. Rogers percaya bahwa orang-orang
yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap
perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka
memiliki kreatifitas dan spontanitas untuk menanggulani perubahan-perubahan
traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana ilmiah.
Sumber Referensi :
Schultz, Duane. 1991. Psikologi
Pertumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
0 komentar:
Posting Komentar