^.^ |
Kata atau istilah
komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut
asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi
milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau
kesamaan makna.
Komunikasi secara
terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan
Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication
is the process through which individuals –in relationships, group,
organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the
environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang
melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan
masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami
pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam
Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma
yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and
Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik
untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai
berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di
atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan
paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak
komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran
tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
A. PROSES KOMUNIKASI
Berangkat dari
paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi
dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi
secara primer
Proses komunikasi
secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan
pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya)
yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di
muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat
pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut,
pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran
dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan
(decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang
mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian.
Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi
dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
2. Proses komunikasi
sekunder
Proses komunikasi
secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan
media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon,
teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu
menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar,
televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
B. KONSEPTUAL
KOMUNIKASI
Deddy Mulyana (2005:61-69)
mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual
yaitu:
1. Komunikasi sebagai
tindakan satu arah.
Suatu pemahaman
komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga)
kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka)
ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio,
atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang
sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru
bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya
jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi
berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua
kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan
untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap
suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau
membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi
komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
a. Everet M. Rogers:
komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
b. Gerald R. Miller:
komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima
dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
c. Carld R. Miller:
komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan
rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunkate).
d. Theodore M.
Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi
terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini
menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang
arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal,
seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal,
kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik
dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh definisi
komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004),
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama
lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentuk
komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , dan
teknologi.
3. Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini
menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan
mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini, maka
orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif
mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan
atau pesan nonverbal.
Beberapa definisi
yang sesuai dengan konsep transaksi:
a. Stewart L. Tubbs
dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang
atau lebih.
b. Judy C. Pearson
dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami danberbagi makna.
c. William I. Gordon
: Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan
perasaan.
d. Donald Byker dan
Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau
lebih.
C. FUNGSI KOMUNIKASI
William I. Gorden
(dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi
empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi
sosial
Fungsi komunikasi
sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu
penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan
hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara
secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah
pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat
informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan
orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana
kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai;
anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas;
anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan
demikian.
b. Pernyataan eksistensi diri. Orang
berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi
diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi
sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah
seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat
dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara
panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak
relevan.
c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan,
dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain,
untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memnuhi
kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan.
2. Sebagai komunikasi
ekspresif
Komunikasi berfungsi
untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut
terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang,
peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat
perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai
kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat,
mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan
penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi
ritual
Suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup,
yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara
kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan
lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau
perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti
berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara
bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan
lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang
berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau
agama mereka.
4. Sebagai komunikasi
instrumental
Komunikasi
instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrumen,
komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan,
namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita
peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita
untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi
berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan,
baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh
simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain
dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni
taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji,
mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk
menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan
jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian
berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan
itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa
pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan
jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh
jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan
fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila
dicermati saling melengkapi.[1] Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia
berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004
dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
1.
Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni
penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
2. Menghubungkan
bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya .
3. Menurunkan warisan
sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
D. RAGAM TINGKATAN
KOMUNIKASI ATAU KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI
Secara umum ragam
tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal
communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa
proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.
2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang
lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran
prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi
sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya
bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat
pribadi.
3. Komunikasi kelompok (group communication)
yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Menurut
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan
komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu
guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi,
pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
4. Komunikasi organisasi (organization
communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di
dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto,
2005:52).
5. Komunikasi massa (mass communication).
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui
media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks
komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara
seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa
dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah
atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi
kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini.
Dimensi Komunikasi
Tingkat masyarakt
budaya pada partisipan, istilah kebudayaan telah merujuk pada macam-macam
tingkat lingkupan dan kompeksitas dari organisasi social.umumnya istilah
kebudayaan mempunya pengertian budaya amerika, budaya asia,dll. Contohnya,
komunikasi antar individu dan kebudayaan nasional,yang berbeda. Karena setiap
orang ingin mewujudkan satu kebudayaan yang unik.
Kejutan budaya
Ada beberapa tahap
sohck cultur diantaranya :
A. masa bulan madu : yang didengar dan dilihat
semua menyenangkanmerasa orang di sekitarnya ramah dan ia merasa puas.
B. Masa pertarungan : mulai ada masalah, dan
ada rasa frustasi yang melanda akan tetapi masih bisa meyakinkan bahwa itu
semua bisa diatasi.
C. Masa ruwet : kadaan menjadi parah bila
masalah gagal diatasi
D. Masa penyesuaian diri ; mulai memegami
kesulitan dilingkungan baru dan kesulitan mulai hilang
E. Masa ruwet ulang : sebenarnya sudah
memahami masalah yang ada akan tetapi kembali kepada masa putus asa
F. Masa tidak lama sebelum kembali kedaerah
asal : semangat mulai gairah lagi, mengigat tidak lama lagi kembali, akan tetapi ada perasaan ganda,
yaitu ingin cepat pulang, dan masih ingin tinggal lebih lama karena sudah mulai
akrab dengan teman-teman baru.
G. Masa shok : kembali kedaerah asal, akan
tetapi merasakan hal yang berbada dari rasa sebelumnya, sehingga manjadi shok
akan tetapi masi itu akan segera hilang seiring berjalannya waktu.
KEPEMIMPINAN ( LEADERSHIP )
Kepemimpinan
mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau
perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan, misalnya dari
perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian
mereka. Stogdill (1974: 259) menyimpulkan bahwa terdapat hampir sama banyaknya
definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba
mendefinisikannya. Lebih lanjut, Stogdill (1974: 7-17) menyatakan bahwa
kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam
definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya. Misalnya, dengan
mengutip pendapat beberapa ahli, Paul Hersey dan Kenneth H Blanchard (1977:
83-84) mengemukakan beberapa definisi kepemimpinan, antara lain:
* Kepemimpinan adalah
kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan
untuk tujuan kelompok (George P Terry)
* Kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum
(H.Koontz dan C. O'Donnell)
* Kepemimpinan
sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan
melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum,
Irving R, F. Massarik).
Untuk lebih mendalami
pengertian kepemimpinan, di bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi
kepemimpinan lainnya seperti yang dikutip oleh Gary Yukl (1996: 2), antara
lain:
* Kepemimpinan adalah
peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan
mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn)
* Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke
arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling)
* Kepemimpinan adalah
proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan kesediaan untuk
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan Jacques)
Menurut Wahjosumidjo
(1984: 26) butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada
hakekatnya memberikan makna :
* Kepemimpinan adalah
sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat
tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
* Kepemimpinan adalah
serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan
serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri
* Kepemimpinan adalah
proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.
Dari berbagai
definisi yang ada, maka dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah
* Seni untuk
menciptakan kesesuaian paham
* Bentuk persuasi dan
inspirasi
* Kepribadian yang
mempunyai pengaruh
* Tindakan dan
perilaku
* Titik sentral
proses kegiatan kelompok
* Hubungan
kekuatan/kekuasaan
* Hasil dari
interaksi
* Peranan yang
dipolakan
* Inisiasi struktur
Berbagai pandangan
atau pendapat mengenai batasan atau definisi kepemimpinan di atas, memberikan
gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai
sifat universal dan merupakan suatu gejala sosial.
Douglas McGregor
Salah satu kontribusi
yang paling banyak disebut dari para
teoritikus Tipe 2 atau Teori Organisasi Klasik adalah tesis Douglas McGregor
yang menyatakan bahwa ada dua pandangan tentang manusia: yang pertama dasarnya
negatif – Teori X – dan yang lainnya pada dasarnya positif – Teori Y. Teori X
dan Teori Y yang ia ajukan dalam memandang manusia (pegawai).
Setelah meninjau
bagaimana manajer berhubungan dengan pegawai, McGregor menyimpulkan bahwa
pandangan manajer seputar sifat manusia didasarkan pada kelompok asumsi
tertentu dan ia cenderung memperlakukan pegawai berdasarkan asumsi-asumsi
tersebut. Asumsi ini dapat bersifat negatif (Teori X) atau positif (Teori Y).
Di bawah Teori X ada
empat asumsi yang dianut oleh para manajer:
1. Pegawai tidak menyukai pekerjaannya dan sebisa
mungkin akan berupaya menghindarinya.
2. Karena pegawai tidak menyukai pekerjaannya,
mereka harus diberi sikap keras, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman agar
mau melakukan pekerjaan.
3. Pegawai akan mengelakkan tanggung jawab dan
mencari aturan-aturan organisasi yang membenarkan penghindaran tanggung jawab
tersebut.
4. Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman di
atas faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan
memperlihatkan sedikit ambisi.
Kebalikan dari
pandangan yang negatif terhadap manusia, McGregor menempatkan empat asumsi lain
yang disebut Teori Y:
1. Para pegawai
dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa sebagaimana halnya
istirahat dan bermain.
2. Manusia dapat mengendalikan dirinya sendiri
jika mereka punya komitmen pada tujuan-tujuan.
3. Rata-rata orang dapat belajar untuk
menyetujui, bahkan untuk memikul tanggung jawab.
4. Kreativitas – yaitu kemampuan mencari
keputusan yang terbaik – secara luas tersebar di populasi pekerja dan bukan
hanya mereka yang . menduduki fungsi manajerial.
Douglas McGregor IMG
Implikasi dari Teori
X dan Teori Y McGregor terhadap organisasi adalah bahwa asumsi-asumsi Teori Y
lebih dapat diterima dan dapat menuntun manajer dalam mendesain organisasi dan
memotivasi para pegawai. Tahun 1960-an antusiasme pekerja cukup tinggi untuk berpartisipasi
dalam proses pembuatan keputusan organisasi, penciptaan tanggung jawab dan
tantangan pekerjaan, termasuk pembangunan hubungan kelompok-kelompok kerja yang
lebih baik. Antusiasme ini, sebagian besar, diakibatkan oleh Teori Y dari
McGregor
Teori Sistem 4
(Rensis Likert).
Sebagai pengembangan,
maka para ahli berusaha dapat menentukan mana di antara kedua gaya
kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atau perusahaan.
Salah
satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan adalah empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat sistem tersebut terdiri
dari:
- Sistem 1,
otoritatif dan eksploitif :
manajer membuat semua
keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk
melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh
manajer.
- Sistem 2,
otoritatif dan benevolent:
manajer tetap
menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan
komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan.
- Sistem 3,
konsultatif:
manajer menetapkan
tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan
dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri
tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk
memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
- Sistem 4,
partisipatif :
adalah sistem yang
paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan.
Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila
manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah
mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk
memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan
ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepadabawahan perasaan yang
dibutuhkan dan penti ng.
Tannenbaum & Scmidt
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya
dinilai bersifat negative, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari
adanya pengaruh pimpinan.
Perilaku demokratis, perilaku
kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari
bawahan.
Menurut teori mereka ada tujuh
tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan:
1. Pemimpin membuat dan
mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjualkan dan
menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan
mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberiakn keputusan
tentative dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta
sarang pemecahannya kepada bawahan
(consulting).
6. Pemimpin menentukan
batasan-batasan dan minta kelompok untuk membuat keputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan
berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining).
~ Semoga Bermanfaat, Terima kasih ~
Sumber referensi :
0 komentar:
Posting Komentar