Motivasi
Motivasi adalah suatu
dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti
"dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada
dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000),
motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk
bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik
dalam kegiatan tertentu.
Menurut Uno (2007),
motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri
seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan
kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah
sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard,
1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang
dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).
Jadi, motivasi
merupakan dorongan kehendak yg berasal dari dalam diri ( internal ) ataupun
dari luar (eksternal ) untuk mencapai suatu tujuan
1. Pengertian Teori
Drive
Teori ”drive” bisa
diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke
arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang atau
binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya tentang
kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif, atau
drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab kepribadian).
Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan
dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku
yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong.
Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan
dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi motivasi dapat
dikatakan terdiri dari:
1. Suatu keadaan yang
mendorong
2. Perilaku yang
mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
3. Pencapaian tujuan
yang memadai
4. Pengurangan dan
kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah keadaan itu,
keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke arah tujuan yang
sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan seringkali disebut
lingkaran korelasi.
Teori-teori Drive
berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang
bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan
terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang,
khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme
dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk.
1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar
dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari (learned
drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang
atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang
lain.
Contoh : seorang
karyawan yang dituntut untuk bisa mengerjakan pekerjaannya walau itu sulit
sekalipun, ia akan berusaha untuk mempelajarinya sampai mampu demi pekerjaannya
dan tanggung jawabnya.
Teori
Harapan ( expetancy theory of motivation
)
Teori harapan kadang
disebut teori ekspektansi atau expectancy
theory of motivation dikemukakan oleh Victor Vroom pada tahun 1964. Vroom
lebih menekankan pada faktor hasil (outcomes), ketimbang kebutuhan (needs)
seperti yang dikemukakan oleh Maslow and Herzberg.
Teori ini menyatakan
bahwa intensitas kecenderungan untuk melakukan dengan cara tertentu tergantung
pada intensitas harapan bahwa kinerja akan diikuti dengan hasil yang pasti dan
pada daya tarik dari hasil kepada individu.
Vroom dalam Koontz,
1990 mengemukakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal
tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan mereka akan
mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.
Sehubungan dengan
tingkat ekspektansi seseorang Craig C. Pinder (1948) dalam bukunya Work Motivation berpendapat bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat harapan atau ekspektansi seseorang
yaitu:
a. Harga diri.
b. Keberhasilan waktu
melaksanakan tugas.
c. Bantuan yang dicapai
dari seorang supervisor dan pihak bawahan.
d. Informasi yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas
e. Bahan-bahan baik dan
peralatan baik untuk bekerja.
Victor Vroom IMG
Victor Vroom
Sementara teori harapan
menyatakan bahwa motivasi karyawan adalah hasil dari seberapa jauh seseorang
menginginkan imbalan (Valence), yaitu penilaian bahwa kemungkinan sebuah upaya
akan menyebabkan kinerja yang diharapkan (Expectancy), dan keyakinan bahwa
kinerja akan mengakibatkan penghargaan (Instrumentality ). Singkatnya, Valence
adalah signifikansi yang dikaitkan oleh individu tentang hasil yang diharapkan.
Ini adalah kepuasan
yang diharapkan dan tidak aktual bahwa seorang karyawan mengharapkan untuk
menerima setelah mencapai tujuan. Harapan adalah keyakinan bahwa upaya yang
lebih baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Harapan dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti kepemilikan keterampilan yang sesuai untuk melakukan
pekerjaan, ketersediaan sumber daya yang tepat, ketersediaan informasi penting
dan mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Contoh : Seorang
karyawan yang mengharapkan jabatannya naik atau meningkat akan meningkatkan
kinerjanya dengan baik, dan mampu meyakinkan atasannya.
Teori Tujuan
Teori tujuan mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat atau intentions (tujuan-tujuan dengan prilaku), pendapat in digunakan oleh Locke. Teori ini memiliki aturan dasar, yaitu penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan pernyataannya yan jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghsilkan unjuk kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Hasil penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan (1968), menunjukkan efek positif dari teori tujuan pada prilaku kerja.
Locke menunjukan bahwa :
1. Tujuan yang cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
2. Tujuan khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi.
Penetapan tujuan tidak hanya mempengaruhi kerja itu sendiri, tetapi dapat juga mendorong pegawai untuk mencoba menemukan metode yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan . Teori tujuan berdasarkan pada intuitif yang solid.
Perusahaan menggunakan teori tujuan ini, berdasarkan tujuan-tujuan perusahaan, secara berurutan disusun tujuan-tujuan untuk devisi, bagian sampai satuan kerja yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan dalam kurun waktu tertentu
Tujuan-tujuan yang bersifat spesifik atau sulit cenderung menghasilkan kinerja (performance) yang lebih tinggi. Dalam pencapaian tujuan dilakuka melalui usaha partisipasi yang menimbulkan dampak :
(+) Acceptance/Penerimaan : sesulit apapun apabila orang telah menerima suatu pekerjaan maka akan dilaksanakan dengan baik.
(-) Timbulnya superioritas pada orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Teori tujuan ini, dapat juga ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan dan ia akan memiliki keikatan (commitmen) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yan telah ia tetapkan. Bila seseorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu, dapat terjadi bahwa keikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Teori tujuan mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat atau intentions (tujuan-tujuan dengan prilaku), pendapat in digunakan oleh Locke. Teori ini memiliki aturan dasar, yaitu penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan pernyataannya yan jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghsilkan unjuk kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Hasil penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan (1968), menunjukkan efek positif dari teori tujuan pada prilaku kerja.
Locke menunjukan bahwa :
1. Tujuan yang cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
2. Tujuan khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi.
Penetapan tujuan tidak hanya mempengaruhi kerja itu sendiri, tetapi dapat juga mendorong pegawai untuk mencoba menemukan metode yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan . Teori tujuan berdasarkan pada intuitif yang solid.
Perusahaan menggunakan teori tujuan ini, berdasarkan tujuan-tujuan perusahaan, secara berurutan disusun tujuan-tujuan untuk devisi, bagian sampai satuan kerja yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan dalam kurun waktu tertentu
Tujuan-tujuan yang bersifat spesifik atau sulit cenderung menghasilkan kinerja (performance) yang lebih tinggi. Dalam pencapaian tujuan dilakuka melalui usaha partisipasi yang menimbulkan dampak :
(+) Acceptance/Penerimaan : sesulit apapun apabila orang telah menerima suatu pekerjaan maka akan dilaksanakan dengan baik.
(-) Timbulnya superioritas pada orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Teori tujuan ini, dapat juga ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan dan ia akan memiliki keikatan (commitmen) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yan telah ia tetapkan. Bila seseorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu, dapat terjadi bahwa keikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Penetapan
tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a. Tujuan adalah yang mengarahkan perhatian
b. Tujuan adalah yang mengatur upaya
c. Tujuan adalah meningkatkan persistensi
d. Tujuan adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
a. Tujuan adalah yang mengarahkan perhatian
b. Tujuan adalah yang mengatur upaya
c. Tujuan adalah meningkatkan persistensi
d. Tujuan adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
Hasil penelitian Edwin Locke menunjukkan bahwa :
1. Tujuan yang cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
2. Tujuan khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi.
Contoh : Seseorang yang mempunyai
tujuan dengan jelas dan tegas dalam suatu organisasi atau perusahaan akan
menghasilkan strategi dan tingkat output yg tinggi sesuai dengan apa yang inin
ia capai,
Teori
Hierarki Kebutuhan Maslow
Maslow telah membentuk
sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut,
kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami,
apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima
kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah
puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar
Maslow adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan
biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh
relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak
diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian
seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan
fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan
keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan
mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam
struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan
tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk
keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk
cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang
mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan
kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas
pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini
melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan
dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat
tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini
terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia.
Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak
berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan
di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri
diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk
menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang
musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.”
Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang
itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang
lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat
mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu
jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Contoh : seorang
karyawan yang menginginkan mobil untuk memenuhi kebutuhan harga diri dan
kebutuhan aktualisasi dirinya akan lebih termotivasi dalam bekerja dengan lebih
keras.
Cerita Motivasi
Ketika seorang
pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tak jauh
dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan
melompat-lompat di depan mereka.
Tukang cukur berkata,
“Itu Bejo, dia anak paling bodoh di dunia” “Apa iya?” jawab pengusaha.lalu
tukang cukur memanggil si Bejo, ia lalu merogoh kantongnya dan
mengeluarkan lembaran
uang Rp. 1000 dan Rp. 500, lalu menyuruh Bejo memilih,”Bejo, kamu boleh pilih
& ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!”
Bejo melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada uang Rp. 1000 dan Rp. 500, lalu
dengan cepat tangannya bergerak mengambil uang Rp. 500.
Tukang cukur dengan
perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan
berkata,”Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang
pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu
tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil.”
Setelah sang pengusaha
selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan
pulang dia bertemu
dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia
pun memanggil Bejo lalu bertanya, “Bejo, tadi saya melihat sewaktu tukang cukur
menawarkan uang lembaran Rp. 1000 dan Rp. 500, saya lihat kok yang kamu ambil
uang yang Rp. 500, kenapa tak ambil yang Rp. 1000, nilainya kan lebih besar 2
kali lipat dari yang Rp. 500?”
Bejo pun berkata,”Saya
tidak akan dapat lagi Rp. 500 setiap hari, karena tukang cukur itu selalu
penasaran kenapa saya tidak ambil yang seribu. Kalau saya ambil yang Rp. 1000,
berarti permainannya akan selesai…”
Analisis
: Bejo menggunakan Teori penetapan tujuan (goal setting theory) , tidak
mementingkan kebutuhan harga diri (self esteem) seperti yg dikatakan Maslow.
Dengan penetapan
tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a. Tujuan adalah yang mengarahkan perhatian
b. Tujuan adalah yang mengatur upaya
c. Tujuan adalah meningkatkan persistensi
d. Tujuan adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
a. Tujuan adalah yang mengarahkan perhatian
b. Tujuan adalah yang mengatur upaya
c. Tujuan adalah meningkatkan persistensi
d. Tujuan adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
Hasil
penelitian Edwin Locke menunjukkan bahwa :
1. Tujuan yang cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
2. Tujuan khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi.
1. Tujuan yang cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
2. Tujuan khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi.
Sumber Referensi :
http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-motivasi-menurut-para-ahli.html
( diakses pada tanggal: 1 November 2013 )
http://perilakuorganisasi.com/teori-harapan.html
( diakses pada tanggal : 1 November 2013 )
http://reia-welcometoryasblog.blogspot.com/2009/12/teori-tujuan.html
( diakses pada tanggal : 1 November 2013 )
http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
( diakses pada tanggal : 1 November 2013 )
http://www.ceritapedia.com/kisah-motivasi-orang-bodoh-dengan-uang-rp-500.html
( diakses pada tanggal : 1 November 2013 )
0 komentar:
Posting Komentar